Kamis, 07 Juli 2011

MAKALAH ANAK DENGAN DIFTERI

MAKALAH ANAK DENGAN DIFTERI
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIFTERI


Disusun Oleh :
1. Anung Prapmita (07005) 6. Lusiyana (07026)
2. Dedi Sudrajat (07052) 7. Lince Romatua (07071)
3. Dewi Nopia (07053) 8. Reni Soraya (07080)
4. Evi Aristi Pertiwi (07016) 9. Rina Rizky (07036)
5. Frisda Norma (07065) 10. Yunita Hapsari (07046)


AKPER RUMKIT POLPUS RS SOEKANTO
JAKARTA 2009 - 2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata ajar Keperawatan Anak I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Difteri”.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. KOMBES POL Yuyun Kurniasih, Skep, Mkep, selaku direktur Akper Rumkit Pol Pus Rs Soekanto Jakarta.
2. AKBP Enida Thamrin, Skm, Skep, selaku koordinator mata ajar keperawatan Anak I.
3. Harti Budi L,Skep selaku pembimbing makalah Keperawatan Anak dengan Difteri.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
Baik susunan maupun isi makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang
Penulis mengharapkan dengan tersusunnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa / i Akper Rumkit Polpus Rs Soekanto pada khususnya.

Jakarta, Mei 2009

Penulis
i
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………. ( i )
Daftar isi ……..………………………………………….. (ii)

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ……….………………………………………… ( 1 )
B. Tujuan Penulisan ……….………………………………………… ( 2 )
C. Ruang Lingkup ……….………………………………………… ( 2 )
D. Metode Penulisan ……….………………………………………… ( 2 )
E. Sistematika Penulisan ……….………………………………………… ( 3 )

BAB II Tinjauan Teori
A. Pengertian ………………….……………………………… ( 4 )
B. Patofisiologi
a) Etiologi …………………………………………….…… ( 5 )
b) Perjalanan Penyakit ..………………................................... ( 5 )
c) Manisfestasi klinis ……………………................................ ( 6 )
1.A Klasifikasi ……………………................................ ( 6 )
d) Komplikasi ……………………................................ ( 8 )
C. Penatalaksanaan ……………………................................ ( 9 )
D. Gambar ……………………................................ (10)



BAB III Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan ………………….................................... (12)
B. Diagnosa Keperawatan .……………………................................ (12)
C. Perencanaan Keperawatan …………………………………………………… (12)
D. Pelaksanaan Keperawatan …………………………………………………… (15)

BAB IV Penutup
A. Kesimpulan …………………………………………………… (16)
B. Saran …………………………………………………… (17)

Daftar Pustaka






ii



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.


B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum

a) Untuk memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Anak dengan Difteri
b) Diperoleh pengalaman dalam membuat Asuhan Keperawatan Anak dengan Difteri

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Difteri
b) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Difteri
c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Difteri
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan Difteri
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Difteri

C. Ruang Lingkup

Dalam penyusuna makalah ini penulis hanya membatasi masalah mengenai Asuhan Keperawatan pada anak dengan Difteri.


D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriftif, yaitu dengan mengumpulkan data, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan, dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, dikatat dan sumber ilmiah lain yang berhubungan dengan judul dan permasalahan dalam karya tulis ini.




E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terjadi dari 4 bab yang disusun secara sistematika dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup, Metode penulisan, dan sitematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis yang meliputi pengertian, patofisiologi (yang terdiri dari etiolagi, pejalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi), dan penatalaksanaan.
BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan,Perencanaan keperawatan, Pelaksanaan keperawatan, Evaluasi keperawatan.
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran












BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini.
(Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.
(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)
Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan.
(www.podnova.com)
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina.
(www.padnova.com)
2. Patofisiologi
a. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada pemanasan suhu 60oc selama 10 menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering.
b. Perjalanan Penyakit























c. Manifestasi Klinis
Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf atau nefritis.
a. Klasifikasi :
1. Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%). Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai foring dan laring.

2. Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)
Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang pada selaput pada selaput lendir dan tidak membentuk pseudomembran, dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita.
Pada penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat ditemukan pseudomembran yang mula-mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau dan timbul pembengkakan kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck)
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.

3. Diftheria Laring dan trachea
Lebih sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil (3 kali lebih banyak dari pada primer mengenai laring. Gejala gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas hebat. Slanosis dan tampak retraksi suprastemal serta epigastrium. Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck. Pada pemeriksaan laring tampak kemerahan sembab, banyak secret dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trake ostomi sebagai pertolongan pertama.



4. Diftheria Faeraneus
Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapat. Tan Eng Tie (1965) mendapatlan 30% infeksi kulit yang diperiksanya megandung kuman diphtheria. Dapat pula timbul di daerah konjungtiva, vagina dan umbilicus.

d. Komplikasi

a. Aluran Pernafasan
Obstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio
b. Kardiovaskuler
Miokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
c. Urogenital
Dapat terjadi Nefritis
d. Susunan daraf
Kira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenai system susunan saraf terutama system motorik
Paralisis / parese dapat berupa :
1. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran menelan sifatnya reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua.
2. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan strabisinus gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah minggu ke tiga.
3. Paralisis umum yang dapat timbul setelah minggu ke 4, kelainan dapat mengenai otot muka, leher anggota gerak dan yang paling penting dan berbahaya bila mengenai otot pernafasan.



3. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Mandiri
Terdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, isolasi penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi dengan cara besderka
b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.
c. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.












4. Gambar Penyakit Difteri


Diftheria Faeraneus




Bull’s neck

Pseudomembrane diphtheria

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan; Riwayat terkena penyakit infeksi, status immunisasi
2. Kaji tanda-tanda yang terjadi pada Nasa, tonsil/faring, dan laring
3. Lihat dari Manifestasi klinis berdasarkan atur patofisiologi

2. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas
2. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakitnya (metabolisme meningkat, intake cairan menurun).
4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.

3. Perencanaan Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas efektif
KH : Jalan Nafas Kembali Normal

Intervensi :
1. Kaji status pernafasan, observasi irama dan bunyi pernafasan
2. Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi
3. Suction jalan nafas jika terdapat sumbatan
4. Berikan oksigen sebelum dan setelah dilakukan suction
5. Lakukan fisioterapi dada.
6. Persiapkan anak untuk dilakukan trakeostomi
7. Lakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah.
8. Lakukan Intubasi jika ada indikasi.

Evaluasi :
 Jalan nafas kembali efektif

2. Resiko Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan organisme Virulen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perluasan infeksi tidak terjadi.
KH : Tidak ditemukan perluasan infeksi

Intervensi :
1. Tempatkan anak pada ruang khusus
2. Pertahankan isolasi yang ketat di RS
3. Gunakan Prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak dengan Anak. (APD).
4. Berikan Antibiotik sesuai Intruksi dokter
Evaluasi :
 Penyebarluasan infeksi tidak terjadi.

3. Resiko tinggi tejadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan penyakit (Metabolisme meningkat, intake cairan menurun).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan volume cairan terpenuhi.
KH : Anak dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Dehidrasi tidak terjadi
Intervensi :
1. Monitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat.
2. Kaji adanya tanda-tanda Dehidrasi (membrane mukosa kering, turgor, kulit kurang, Produksi urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernafasan, meningkat, tekanan darah menurun, fontanel cekung).
3. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak memungkinkan.
Evaluasi :
 Keseimbangan cairan dapat dipertahankan

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH : - Berat badan anak bertambah
- Turgor kulit baik
Intervensi :
1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2. Pasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak

3. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral
4. Monitor indicator terpenuhi kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa) yang adekuat.
Evaluasi :
 Tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi (pelaksanaan) perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan. Memantau dan mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan psudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri, dan bahan lainnya, didekat tonsil dan bagian faring yang lain. Membrane ini tidak mudah robek dan bewarna keabu-abuan. Jika membran ini dilepaskan secara paksa maka lapsan lender dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udaraaau secara tiba-tiba bias terlepas dan menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.
Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.


B. Saran
Karena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick.
Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4 sehat 5 sempurna.
Sedangkan untuk perawat, penderita dengan difteri harus diberikan isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi C. diphtheria 2x berturut-turut. Gunakan prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak langsung dengan anak (APD).









Daftar Pustaka

Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku :Diagnosa keperawatan edisi: 8 Peneterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Supriadi.2004.Asuhan Keperawatan anak.Jakarta: Sagung seto

Staf pengajar Ilmu kesehatan Anak.2005.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Fkui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar